Bismillahirrahmanirrahim | Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiallahu 'anhu: "Tidaklah datang kepada manusia suatu tahun yang baru melainkan mereka pasti akan membuat bid'ah baru dan mematikan sunnah sehingga hiduplah bid'ah dan matilah sunnah." Diriwayatkan oleh Ibnu Wadhdhah di dalam kitab Al Bida' wan Nahyu 'anha | Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta'ala: "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat karena maksiat akan ditaubati sedangkan bid'ah tidak akan ditaubati." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/216) | Berkata Sufyan bin Uyainah rahimahullahu ta'ala: "Barangsiapa yang rusak dari kalangan ulama kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ulama Yahudi dan barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka pada dirinya terdapat kemiripan dengan ahli ibadah Nasrani." |

Sabtu, 08 Februari 2014

Larangan Taat kepada Manusia dalam Perbuatan Maksiat

بسم الله الرحمن الرحيم

Di antara ajaran yang terdapat di dalam agama Islam adalah wajibnya bagi kita untuk tidak mematuhi makhluk atau manusia yang memerintahkan kita untuk melakukan perbuatan yang melanggar syariat, seperti maksiat, bid’ah, dan syirik. Kita diwajibkan untuk lebih mengutamakan ketaatan kepada Allah daripada ketaatan terhadap manusia jika ada pertentangan antara perintah Allah dengan perintah manusia, betapapun tingginya kedudukan dia di atas kita atau betapa dekatnya hubungan dia dengan kita. Allah ta’ala berfirman:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

“Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” [QS Luqman: 15]

Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

لا طاعة في معصية الله، إنما الطاعة في المعروف

“Tidak boleh taat (kepada makhluk) dalam bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya taat (kepada makhluk) itu hanyalah dalam perkara kebaikan.” [HR Al Bukhari (7257) dan (1840)]

Ada sebuah peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah صلى الله عليه وسلم hidup yang berkaitan dengan permasalahan yang kita bicarakan di sini. Pada suatu ketika, Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengutus pasukan ke suatu daerah untuk suatu misi. Beliau mengangkat seorang komandan dari suku Anshar dan memerintahkan para sahabat untuk mematuhi segala perintahnya.

Di tengah perjalanan, sang komandan marah kepada pasukannya karena sesuatu hal. Dia pun berkata: “Bukankah Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah memerintahkan kalian untuk patuh kepadaku?” Pasukan menjawab: “Ya, benar!”

“Kalau begitu, kumpulkan untukku kayu bakar!” Perintah sang komandan. Lalu pasukan mengumpulkan kayu bakar dengan segera.

Setelah terkumpul kayu bakar, komandan berkata lagi: “Nyalakan api!” Lantas api pun dinyalakan sehingga menjadi besar.

Lalu sang komandan memerintahkan kepada pasukannya: “Masuklah kalian ke dalam api itu!”

Para sahabat yang menjadi pasukannya merasa berat untuk mengikuti perintah sang komandan untuk masuk ke dalam api karena bisa menyebabkan mereka mati terpanggang sia-sia. Mereka merasa bimbang antara mematuhi perintah komandan dan antara mati bunuh diri. Mereka pun berdiam diri tidak mengikuti perintah tersebut sampai akhirnya api menjadi padam, dan redalah amarah sang komandan.

Ketika kabar tentang kejadian ini sampai kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم , beliau berkomentar: “Kalau seandainya mereka memasuki api itu (untuk membunuh diri-diri mereka), niscaya mereka tidak akan keluar selamanya darinya (api neraka di akhirat).”

Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم melanjutkan:

لا طاعة في معصية الله إنما الطاعة في المعروف

“Tidak ada ketaatan (kepada makhluk) dalam hal bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya taat (kepada makhluk) itu hanyalah dalam perkara kebaikan.”

Maknanya, perintah sang komandan kepada pasukannya agar membakar diri mereka di dalam api, itu adalah perintah untuk berbuat maksiat karena Allah telah melarang hamba-Nya untuk melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, diharamkan bagi mereka untuk menaati perintah tersebut. Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

“Janganlah kalian membunuh diri-diri kalian, karena sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian.” [QS An Nisa`: 29]

Kisah ini dapat anda lihat di dalam kitab Shahih Al Bukhari (4340) dan Muslim (1840). Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran dan nasehat bagi kita semua. Amin.

وبالله التوفيق

Jumlah tampilan:



Anda memiliki tugas menerjemahkan artikel berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan tidak memiliki waktu untuk mengerjakannya? Kunjungi TransRisalah : Jasa Pengetikan dan Terjemah Bahasa Arab-Indonesia !